BENANG DALAM AL-QUR'AN: STUDI PENAFSIRAN SAYYID QUTHB (1906-1966) DALAM TAFSIR FI ZHILALIL QUR'AN

Detail Cantuman

Prodi Ilmu Al-Qur'an dan Tafsi

BENANG DALAM AL-QUR'AN: STUDI PENAFSIRAN SAYYID QUTHB (1906-1966) DALAM TAFSIR FI ZHILALIL QUR'AN

XML

Al-Qur'an diturunukan untuk menata sebuah masyarakat sesuai dengan peraturan dan hukum-hukum yang telah disampaikan dan dapat mengikuti perkembangan zaman. Keistimewaan al-Qur'an sungguh tidak terhitung jumlahnya, salah satu yang dapat kita rasakan saat ini ialah manfaat benang. Sebuah benda kecil dan tidak terlalu diperhatikan, namun dapat menjadi identitas manusia tidak hanya pada kalangan kecil akan tetapi menjadi identitas sosial manusia di seluruh dunia. Skripsi ini secara umum bertujuan untuk mengetahui makna kata benang dalam al-Qur'an. Secara lebih rinci tulisan ini membahas penafsiran ayat-ayat al-Qur'an mengenai kata benang dalam kitab Tafsir Fi Zhilalil Qur'an dan relasi makna kata benang dalam Tafsir Fi Zhilalil Qur'an. Skripsi ini merupakan kajian kepustakaan atau library research dengan melalui metode tematik, disebut juga metode maudhui yang dimaksudkan untuk mengetahui makna dan relasi makna kata benang Tafsir Fi Zhilalil Qur'an. Dalam al-Qur'an terdapat kata benang pada dua surat, yaitu al-Baqarah ayat 187, surat al-A'raf ayat 40 dan surat anNahl ayat 92 dengan redaksi kata yang berbeda namun memiliki arti yang sama, juga mengandung makna yang berbeda. Dalam kitab Tafsir Fi Zhilalil Qur'an, pada surat alBaqarah ayat 187, kata benang merujuk pada menentukan waktu dimulainya puasa dan waktu berbuka yang disampaikan dengan perumpamaan kata benang, hingga dapat dikatakan bahwa waktu memulai berpuasa ialah ketika fajar dan berbuka pada waktu maghrib. Dalam surat al-A'raf terkait makna benang mengacu pada sifat manusia yang sombong tidak akan atau mustahil untuk dapat merasakan kenikmatan surga. Sedangkan pada surat an-Nahl ayat 92, kata benang yang terkandung ialah dimaksudkan pada seorang wanita yang memintal benang lalu diuraikan kembali, makna yang terkandung dari kisah tersebut ialah anjuran untuk menepati perjanjian. Ketiga ayat-ayat benang tersebut mengalami perluasan makna dan termasuk makna leksikal karena menjadi lambang dari sebuah makna. Sedangkan relasi makna pada kedua ayat tersebut ialah polisemi, kata-kata yang mengandung makna lebih dari satu, tetapi makna itu masih berrelasi dengan makna dasarnya, sehingga dapat diketahui bahwa ayat-ayat benang tersebut tidak saling berkaitan karena memiliki latar belakang kisah yang berbeda.

Kata Kunci: Benang, Al-Qur'an, Tafsir Fi Zhilalil Qur'an


Detail Information

Item Type
Skripsi
Penulis
Student ID
2018080034
Dosen Pembimbing
Penguji
Kode Prodi PDDIKTI
76231
Edisi
Published
Departement
Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir
Kontributor
Bahasa
Indonesia
Penerbit Universitas Sains Al-Qur'an : Wonosobo.,
Edisi
Published
Subyek
No Panggil
Copyright
Individu Penulis
Doi

Lampiran Berkas

LOADING LIST...



Informasi


DETAIL CANTUMAN


Kembali ke sebelumnya  XML Detail